Waktu

Rabu, 14 Desember 2011

Ambruknya Peradaban Karimah dan Terjualnya Agama ditengah Tantangan Zaman


 Oleh: Alfath Beriyan"Vena"

http://www.ceritamu.com/getattachment/7768ed04-7b6c-41a2-9c22-aa2d21b73d21/800-Ribu-Remaja-Lakukan-Aborsi.aspx?maxsidesize=605
Peradaban terus berjalan meninggalkan jejak lelakon manusia. Tanpa adanya teks dan buku, manusia akan kehilangan sejarahnya. Namun kini tradisi membaca dan menulis belum menjadi bagian hidup sehari-hari. Hal itu terbukti dari kurangnya minat baca. Hasil survey lembaga underbouw Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), UNESCO (United Nation Education Society and Cultural Organization), menemukan fakta bahwa minat baca masyarakat Indonesia rendah, bahkan paling rendah di Asia. Hal ini sungguh memprihatinkan. Budaya membaca tergeser oleh derasnya tradisi audio visual yang hadir menyuguhkan aneka peristiwa dan informasi yang kerap memanjakan pemirsa. Padahal dengan membaca, seseorang akan tahu sesuatu yang tadinya tidak diketahuinya. Jadi minat baca merupakan cermin dari remaja yang berprestasi.
            Semakin canggihnya teknologi itu  bagus. Namun seseorang harus bisa memilah-milah dengan baik, mana yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan. Saat ini di Indonesia banyak barang-barang elektronik yang hampir sebagian besar adalah bukan buatan Indonesia. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam ini belum mampu menciptakan teknologi yang mendunia. Bangsa Indonesia masih bergantung penuh pada bangsa lain. Hal ini seharusnya menjadi perhatian dan bisa memotivasi setiap masyarakat Indonesia untuk membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi lebih baik.
            Dalam agama Islam ilmu pengetahuan sangat penting. Karena dengan ilmu Allah akan mengangkat derajat seseorang. Orang Islam itu harus kaya. Kaya iman, kaya pengetahuan, dan kaya materi. Karena dengan kekayaan yang diiringi sifat karimah, akan mempermudah seseorang untuk beramal. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, dalam sejarah turunnya Al-Qur’an adalah perintah membaca.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq:1-5)
            Membaca bisa dalam pengertian luas, semisal membaca fenomena alam atau sosial yang terbentang luas di mana dan kapan saja. Allah memerintahkan membaca atas nama-Nya terhadap apa saja yang telah diciptakan. Perintah membaca, segera diikuti oleh pengenalan terhadap sifat Allah yang mulia, yaitu Maha Pencipta. Dua hal ini, kiranya dapat membawa alam pikiran kita pada pengertian bahwa betapa dua hal itu menjadi sangat penting dalam kehidupan ini, yaitu membaca dan mengenal Allah dan ciptaan-Nya.
            Jepang, Negara yang mayoritas beragama Shinto yang didalamnya tidak diajarkan pentingnya membaca saja menganggap membaca adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.  Namun Indonesia sebagai negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, belum terlalu peduli pada pentingnya membaca. Remajanya sibuk dengan urusan dunia semata yang menjerumuskannya ke liang dosa. Remaja lebih suka bergaul dengan cara pergaulan bebas, suka keluyuran, merokok, minum-minuman keras, pesta narkoba, bahkan naudzubillah, seks bebaspun ikut mewarnai kehidupan bangsa ini.
Degradasi moral pada remaja sendiri bias diawali dari berbagai factor, seperti diantaranya pacar, teman dan lingkungan. Kejadian ini bisa terjadi karena awalnya dari teman, teman ada yang mengatakan “Hari gini nggak pacaran ketinggalan zaman”, sehingga seakan-akan, pacaran menjadi hal pokok sehingga banyak remaja yang mengutamakan pacaran daripada lainnya dikarenakan nafsu dan juga gengsi jika tidak punya pacar karena dianggap tak laku. Dalam islam tiada yang namanya pacaran, pacaran adalah budaya barat yang telah merusak norma-norma kesusilaan. Didalam Islam mencintai seseorang itu boleh, wajar dan normal, namun semua ada batasannya guna menghindari perilaku dosa besar. Di Islam, pendekatan dikenal dengan ta’arufan yang berasal dari bahasa arab yang artinya perkenalan. Ta’aruf dilakukan untuk mengenal lebih dekat calon pasangan hidup. Dan itu ada batasannya. Karena jika seorang yang bukan mukhrim memegang atau bersentuhan saja sudah terhitung dosa, Sampai-sampai Rasulullah juga sempat bersabda bahwa lebih baik memegang bara api daripada memegang seseorang yang bukan mukhrim.
Namun ironisnya ta’aruf ini banyak dilakukan oleh generasi muda yang belum cukup umur untuk mempersiapkan pernikahan, bahkan ada yang pacaran dengan berkedok ta’aruf. Padahal pacaran banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Apalagi kalau saking jatuh cintanya, kita sampai rela melakukan apapun untuk si pacar sampai melakukan larangan Allah dan cintanya kita ke pacar lebih dari pada cinta kita kepada yang menciptakan kita, Allah swt. Bahkan parahnya banyak remaja yang menjual agamanya untuk pacar yang berbeda agama, Naudzubillah.
Setelah seorang remaja berpacaran, tentunya dalam menjaga diri itu sulit karena godaan nafsu yang melambai-lambai, sehingga sering kita dengar terjadilah kecelakaan pada remaja. Kalau mobil kecelakaan, yah, penyoknya kedalam, tapi kalau remaja, aduh…. Penyoknya kedepan, dan hilanglah masa depan remaja.
Maka, perkembangan zaman yang semakin memanas harus diiringi dengan akal dan kebenaran dari Allah. Remaja Indonesia lebih mengedepankan nafsunya daripada akal dan kebenaran Allah. Padahal sesungguhnya apabila akal dan kebenaran dari Allah yang menang, kita akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat, namun jika nafsu yang menang, kita lebih rendah daripada binatang. Naudzubillah, tsuma naudzubillah.

             

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review